سِوَاهُمَا الْحَرْفُ كَهَلْ وَفِي وَلَمْ ¤ فِعْـــلٌ مُـضَــارِعٌ يَلِي لَمْ كَـيَشمْ
Selain keduanya (ciri Isim dan Fi’il) dinamaan Kalimah Huruf, seperti lafadz Hal, Fi, dan Lam. Ciri Fi’il Mudhori’ adalah dapat mengiringi Lam, seperti lafadz Lam Yasyam.وَمَاضِيَ الأَفْعَالِ بِالتَّا مِزْ وَسِمْ ¤ بِالنُّـــوْنِ فِعْلَ الأَمْرِ إِنْ أَمْرٌ فُهِمْ
Dan untuk ciri Fi’il Madhi, bedakanlah olehmu! dengan tanda Ta’. Dan namakanlah Fi’il Amar! dengan tanda Nun Taukid (sebagi cirinya) apabila Kalimah itu menunjukkan kata perintah.وَالأَمْرُ إِنْ لَمْ يَكُ لِلنّوْنِ مَحَلْ ¤ فِيْهِ هُوَ اسْمٌ نَحْوُ صَهْ وَحَيَّهَلْ
Kata perintah jika tidak dapat menerima tempat untuk Nun Taukid, maka kata perintah tersebut dikategorikan Isim, seperti Shah! dan Hayyahal!
Pembagian Kalimah Huruf dan Ciri-Cirinya
Kalimah Huruf dapat dibedakan dengan
Kalimah-Kalimah yang lain, yaitu Kalimat selain yang dapat menerima
tanda Kalimah Isim dan tanda Kalimat Fi’il, atau Kalimat yang tidak
bisa menerima tanda-tanda Kalimat Isim dan Fi’il. Kemudian
dicontohkannya dengan Lafad هل, في, dan لم , ketiga contoh Kalimat
Huruf tsb menunjukkan penjelasan bahwa Kalimat Huruf terbagi menjadi
dua:

Alfiyah Bait 12-13-14
- Kalimah Huruf Ghair Mukhtash (Tidak Khusus), bisa masuk pada Kalimat Isim, juga bisa masuk pada Kalimat Fi’il. Contoh هل :
هَلْ زَيْدٌ قَائِمٌ وَهَلْ قَامَ زَيْدٌ
Apakah Zaid orang yg berdiri? Dan apakah Zaid telah berdiri?
Lafadz “HAL” yang pertama masuk pada Kalimat Isim dan “HAL” yang kedua masuk pada Kalimat Fi’il.
- Kalimat Huruf Mukhtash (Khusus), khusus masuk pada Kalimat Isim contoh في, dan khusus masuk pada Kalimat Fiil contoh لم :
لَمْ يَقُمْ زَيْدٌ فِي الدَّارِ
Zaid tidak berdiri di dalam Rumah.
Pembagian Kalimah Fi’il dan Ciri-Cirinya
Bait diatas juga menenerangkan bahwa
Kalimah Fi’il terbagi menjai Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar
berikut ciri masing-masing.
- Dikatakan Fi’il Mudhori apabila pantas dimasuki لم contoh:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
- Dikatakan Fi’il Madhi apabila pantas dimasuki Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah contoh:
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
Balqis berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku”
- Dikatakan Fi’il Amar apabila bentuknya menunjukkan perintah dan pantas menerima Nun Taukid contoh:
أَكْرِمَنَّ الْمِسْكِين
Sungguh hormatilah oranga miskin !
Apabila ada kalimah
yang menunjukkan kata perintah tapi tidak pantas menerima Nun Taukid,
maka kalimah tersebut digolongkan “Isim Fi’il” seperti lafadz حيهل
menyuruh terima dan lafadz صه menyuruh diam, Contoh:
صَهْ إذَا تَكَلَّمَ غَيْرُكَ
Diamlah ! jika orang lain berbicara
صه dan حيهل keduanya
disebut kalimat Isim sekalipun menunjukkan tanda perintah, perbedaannya
adalah dalam hal tidak bisanya menerima Nun Taukid. Oleh karena itu
tidak bisa dilafadzkan صهن atau حيهلن
Iklan
Kategori:Bait 12-13-14
Fi'il Amar, Fi'il Madhi, Fi'il Mudhori', Huruf Ghair Mukhtash, Huruf Mukhtash, Isim Fi'il, Kalimat Fi'il, Kalimat Huruf, Pembagian Kalimat, Tanda Kalimat
Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail, Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid.
7 Agustus 2010
15 komentar
بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِي ¤ وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْـــلٌ يَنْجَلِي
Dengan tanda Ta’ pada lafadz Fa’alta dan lafadz Atat, dan Ya’ pada lafadz If’ali, dan Nun pada Lafadz Aqbilanna, Kalimah Fi’il menjadi jelas.
Bait ini menjelaskan bahwa Kalimat Fi’il
dibedakan dari Kalimah Isim dan Kalimah Huruf, dengan beberapa
tanda-tanda pengenalnya sebagaimana disebutkan dalam bait syair, yaitu:
Ta’ Fail
Ta’ dalam contoh فَعَلْتَ dimaksudkan adalah Ta’ Fail mancakup:
- Ta’ Fail untuk Mutakallim, Ta’ berharkat Dhommah contoh:
ضَرَبْتُ زَيْداً
Aku memukul Zaid.
- Ta’ Fail untuk Mukhatab, Ta’ berharkat Fathah contoh:
ضَرَبْتَ زَيْداً
Engkau (seorang laki-laki) memukul Zaid.
- Ta’ Fail untuk Mukhatabah, Ta’ berharkat Kasroh contoh:
ضَرَبْتِ زَيْداً
Engkau (seorang perempuan ) memukul Zaid.
Ta’ dalam contoh lafadz اَتَتْ Maksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh:Ta’ Ta’nits Sukun
ضَرَبَتْ زَيْداً
Dia (seorang perempuan) memukul Zaid.
Menyebut Ta’ Ta’nits Sukun untuk membedakan dengan Ta’ Ta’nits yang
tidak sukun yang bisa masuk kepada Kalimat Isim dan Kalimat Hururf- Bisa masuk pada Kalimat Isim contoh:
هِيَ مُسْلِمَةٌ
Dia seorang Muslimah.
- Bisa masuk kepada kalimat Huruf contoh:
وَلاَتَ حِينَ مَنَاصٍ
Ketika itu tidak ada tempat pelarian.
Ya’ dalam contoh lafadz افْعَلِيْ dimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup:Ya’ Fa’il
- Ya’ Fa’il pada Fi’il Amar. Contoh:
اضْرِبِيْ
Pukullah wahai seorang perempuan!
- Ya’ Fa’il pada Fi’il Mudhori’, contoh:
تَضْرِبِيْنَ زَيْداً
Engkau (seorang perempuan) akan memukul Zaid.
Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir
dikarenakan termasuk Ya’ Dhomir Mutakallim yang tidak Khusus masuk
kepada Fi’il tapi bisa masuk kepada semua Kalimat contoh:سَأَلَنِيْ اِبْنِيْ عَنِّيْ
Anakku menanyaiku tentang aku.
Nun dalam contoh lafadz أقْبِلَنَّ dimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:Nun Taukid
- Nun Taukid Khofifah tanpa Tansydid contoh:
لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ
Sungguh akan Kami tarik ubun-ubunnya.
- Nun Taukid Tsaqilah memakai Tansydid contoh:
لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ
Sunggah kami akan mengeluarkanmu wahai Syu’aib.
Kategori:Bait 11
Kalimat Fi'il, Nun Taukid, Ta' Fa'il, Ta' Ta'nits Sakinah, Tanda Kalimat
Bait 10. Tanda Kalimat Isim: Jar, Tanwin, Nida’, Al, Musnad
28 Juli 2010
17 komentar
بِالجَرِّ وَالتّنْوِيْنِ وَالنِّدَا وَاَلْ ¤ وَمُسْنَدٍ لِلإسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ
Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat Isim menjadi berhasil.
Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan
tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata Benda). Sebagai ciri-cirinya
untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat Fi’il/Kata Kerja dan
Kalimat Huruf/Kata Tugas). Diantaranya adalah: Jar, Tanwin, Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.
Jarr جر
Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’. Contoh:
مَرَرْتُ بغُلاَمِ زَيْدٍ الفَاضِلِ
Aku berjumpa dengan Anak Lelakinya Zaid yang baik itu.
Lafadz غلام dikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz زيد dikatakan Jar sebab Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz الفاضل
dikatakan Jar sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal ini menunjukkan
bahwa perkataan Mushannif lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan
bahwa tanda Kalimat Isim sebab Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah
kepada pengertian Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’.
Tanwin تنوين
Tanda Kalimat Isim yang kedua
adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz Nawwana yang artinya
memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai tanda baca yang
biasanya ditulis dobel ( اً-اٍ-اٌ ). Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi
empat macam:
- Tanwin Tamkin: yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz جوار dan غواش (ada pembagian khusus). Contoh: زيد dan رجل di dalam contoh:
جَاءَ زَيْدٌ هُوَ رَجُلٌ
Zaid telah datang dia seorang laki-laki
- Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh:
مَرَرْتُ بِسِبَوَيْهِ وَبِسِبَوَيْهٍ آخَرَ
Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.
- Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki). Contoh:
أفْلَحَ مُسْلِمُوْنَ وَمُسْلِمَاتٌ
Muslimin dan Muslimat telah beruntung.
- Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:
◊ Tanwin Pengganti Jumlah: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz إذ sebagai pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:
وَأنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظًرُوْنَ
Kalian ketika itu sedang melihat.
Maksudnya ketika nyawa sampai di kerongkongan. Jumlah kalimat ini dihilangkan dengan mendatangkan Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz كل sebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:
كَلٌّ قَائِمٌ
Semua dapat berdiri.
Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnya dihilangkan dan didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Huruf:
yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz جوار dan غواش dan
lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya. Contoh:
هَؤُلاَءِ جَوَارٍ. وَمَرَرْتُ بِجَوَارٍ
Mereka itu anak-anak muda. Aku berjumpa dengan anak-anak muda.
Pada kedua lafadz جوار asal bentuknya جواري kemudian Huruf Ya’ nya dibuang didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
Pembagian macam-macam Tanwin yang telah
disebutkan di atas, merupakan Tanwin yang khusus untuk tanda Kalimat
Isim. Itulah yang dmaksudkan dari kata Tanwin dalam Bait tsb, yaitu
Tanwin Tamkin, Tanwin Tankir, Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.
Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan
Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Qofiyah atau
kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair Bahasa Arab. Tidak
dikhususkan untuk Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk Kalimat
Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.
Nida’ نداء
Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah
Nida’. Yaitu memanggil dengan menggunakan salah satu kata panggil atau
Huruf Nida’ berupa يا dan saudara-saudaranya. Huruf Nida dikhususkan
kepada Kalimat Isim karena Kalimat yang jatuh sesudah Huruf Nida’
(Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan Maf’ul Bih hanya
terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:
يَا رَسُوْلَ اللهِ
Wahai Utusan Allah.
Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL أل atau Alif dan Lam. Yaitu AL yang fungsinya untuk mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:AL أل
رَجَعَ الرَجُلُ مِنَ المَكَّةَ
Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.
AL pada Lafadz الرَجُلُ dinamakan AL
Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz المَكَّةَ dinamakan AL Zaidah. Sedangkan
AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk kepada Kalimat Isim.
seperti AL Isim Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il Mudhori’,
dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada Fi’il Madhi.
Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut Istilah yang dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:Musnad مسند
قَاَمَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ قَائِمٌ
Zaid telah berdiri dan Zaid adalah orang yang berdiri.
Kedua Lafadz زيد pada
contoh di atas merupakan Musnad atau yang dihukumi dengan suatu hukum,
yaitu hukum berdiri. Hukum berdiri pada lafadz Zaid yang pertama adalah
Kata Kerja dam Hukum berdiri untuk Lafadz Zaid yang kedua adalah
Khabar.
Kategori:Bait 10
Al, Jar, Kalimat Isim, Musnad, Nahwu, Nida', Tanda Kalimat, Tanwin
Bait 8-9. Pengertian Kalam, Kalim, Qaul dan Kalimat
20 Juli 2010
40 komentar
الْكَلاَمُ وَمَا يَتَألَّفُ مِنْهُ
Bab Kalam dan Sesuatu yang Kalam tersusun darinyaكَلاَمُــنَا لَفْــظٌ مُفِيْدٌ كَاسْــتَقِمْ ¤ وَاسْمٌ وَفِعْلٌ ثُمَّ حَرْفٌ الْكَلِمْ
Kalam (menurut) kami (Ulama Nahwu) adalah lafadz yang memberi pengertian. Seperti lafadz “Istaqim!”. Isim, Fi’il dan Huruf adalah (tiga personil) dinamakan Kalimوَاحِدُهُ كَلِمَةٌ وَالْقَوْلُ عَمْ ¤ وَكَلْمَةٌ بِهَا كَلاَمٌ قَدْ يُؤمْ
Tiap satu dari (personil Kalim) dinamakan Kalimat. Adapun Qaul adalah umum. Dan dengan menyebut Kalimat terkadang dimaksudkan adalah Kalam
KALAM
Definisi Kalam menurut Istilah Ulama Nahwu adalah Sebutan untuk Lafadz yang memberi pengertian satu faedah yaitu baiknya diam. Sehingga yang berkata dan yang mendengar mengerti tanpa timbul keiskalan.
- Lafadz adalah nama jenis yang mencakup Kalam, Kalim, atau Kalimat, termasuk yang Muhmal (tidak biasa dipakai) ataupun yang Musta’mal (biasa dipakai) contoh perkataan Muhmal: دَيْزٌ Daizun, tidak mempunyai arti. Contoh perkataan Musta’mal عَمْرٌو ‘Amrun, ‘Amr nama orang.
- Mufid (yang memberi pengertian) untuk mengeluarkan Lafdz yang Muhmal, atau hanya satu Kalimat, atau Kalim yang tersusun dari tiga kalimat atau lebih tapi tidak memberi pengertian faedah baiknya diam, seperti Lafadz: اِنْ قَامَ زَيْدٌ Apabila Zaid berdiri.
Susunan Kalam pada dasarnya Cuma ada dua: 1. ISIM + ISIM, 2. FI’IL + ISIM. Contoh pertama: زيد قائم Zaid orang yg berdiri. Contoh kedua قام زيد Zaid telah berdiri. Sebagaimana contoh Kalam yang disebutkan oleh Mushannif pada baris baitnya, yaitu lafadz استقم ISTAQIM!
Artinya: berdirilah! Pada lafadz ini terdiri dari Fiil ‘Amar dan Isim
Fa’il berupa Dhomir Mustatir (kata ganti yang disimpan) FI’IL + ISIM
takdirnya adalah استقم أنت
ISTAQIM ANTA, artinya: berdirilah kamu! maka contoh ini memenuhi
criteria untuk disebut Kalam yaitu lafadz yang memberi pengertian suatu
faidah. Sepertinya Mushannif mendefinisikan kalam pada bait syairnya
sebagai berikut: Kalam adalah Lafadz yang memberi pengertian suatu
faidah seperti faidahnya lafadz استقم.
KALIM
Adalah nama jenis yang setiap satu
bagiannya disebut kalimat, yaitu: Isim, Fi’il dan Huruf. Jika Kalimat
itu menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri tanpa terikat waktu,
maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT ISIM. Jika Kalimat itu menunjukkan
suatu arti pada dirinya sendiri dengan menyertai waktu, maka Kalimat tsb
dinamakan KALIMAT FIIL. Jika Kalimat itu tidak menunjukkan suatu arti
pada dirinya sendiri, melainkan kepada yang lainnya, maka Kalimat tsb
dinamakan KALIMAT HURUF. Walhasil Kalim dalam Ilmu Nahwu adalah susunan
dari tiga kalimat tsb atau lebih, baik berfaidah ataupun tidak misal: إن قام زيد jika Zaid telah berdiri.
KALIMAT
Adalah lafadz yang mempunyai satu makna
tunggal yang biasa dipakai. Keluar dari definisi Kalimat adalah lafadz
yang tidak biasa dipakai semisal دَيْزٌ Daizun. Juga keluar dari definisi Kalimat yaitu lafadz yang biasa dipakai tapi tidak menunjukkan satu makna, semisal Kalam.
QAUL
Adalah mengumumi semua, maksudnya
termasuk Qaul adalah Kalam, Kalim juga Kalimat. Ada sebagian ulama
berpendapat bahwa asal mula pemakaian Qaul untuk Lafadz yang mufrad
(tunggal).
Selanjutnya Mushannif menerangkan bahwa menyebut Kalimat terkadang yang dimaksudkan adalah kalam. Seperti lafadz لا إله إلا الله Orang Arab menyebut Kalimat Ikhlash atau Kalimat Tahlil.
Sebutan Kalam dan Kalim, terkadang
keduanya singkron saling mencocoki satu sama lain, dan terkadang tidak.
Contoh yang mencocoki keduanya: قد قام زيد
Zaid benar-benar telah berdiri. contoh tersebut dinamakan Kalam karena
memberi pengertian, mempunyai faidah baiknya diam. Dan juga dinamakan
Kalim karena tersusun dari ketiga personil Kalimat. Contoh hanya disebut
Kalim: إن قام زيد Apabila Zaid berdiri. Dan contoh hanya disebut Kalam: زيد قائم Zaid orang yang berdiri.
Referensi: Kitab Syarah Ibnu Aqil
0 komentar:
Posting Komentar